PMII
Sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, maka
aktivitas-aktivitas yang dilakukan disamping di dunia kemahasiswaan juga
dunia kepemudaan. Aktivitas PMII yang patut dicatat disini antara kurun
waktu 1965 – 1968, hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya
angkatan baru dalam dunia kepemudaan di Indonesia, yang akhirnya
angkatan ini dikenal dengan istilah “ANGKATAN 66”.
Kelahiran angkatan 66 ini merupakan
reaksi terhadap kebijaksanaan Presiden Soekarnoe yang membiarkan PKI dan
antek-anteknya tetap hidup di Bumi Pertiwi ini, kendatipun PKI
melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 September. Ketidakmampuan
pemerintah Orde Lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini,
mungkin dikarenakan kekhawatiran rezim Soekarnoe akan reaksi pemeritah
Komunis Cina yang merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik
konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat lainnya. Tetapi
tindakan rezim Orde Lama yang seperti ini berakibat fatal, dengan
semakin banyaknya rakyat yang tidak puas terhadap rezim Soekarnoe,
terutama mereka yang dulu sering difitnah oleh PKI serta antek-anteknya.
Keadaan yang demikian itu semakin diperburuk oleh ketidak mampuan rezim
Orde Lama dalam menangani persoalan ekonomi, disamping ketidakmampuan
lembaga Legeslatif menjalankan fungsi kontrolnya terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemerintah Orde Lama.
PMII sebagai bagian dari mahasiswa dan
generasi muda bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingan rakyat.
Karena melihat lembaga Legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan
fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah, maka
mahasiswa mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di
jalan-jalan raya. Mereka meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang
dikenal dengan TRI-TURA
(tiga tuntutan hati nurani Rakyat). Sejak saat itulah gerakan
mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN
PARLEMEN JALANAN”.
Gerakan parlemen jalanan ini sangat
mungkin terjadi, karena suasana politik saat itu memungkinkan mahasiswa,
pemuda dan pelajar matang secara politik. Hal ini akibat sistem politik
yang dikembangkan pemerintah Orde Lama waktu itu.
Sebelum lebih jauh membicarakan angkatan
66 ada baiknya kita melihat peran generasi muda khususnya generasi muda
Islam dalam sejarah kepemudaan di Indonesia, dari sini kita bisa
melihat sejauh mana peran PMII dalam sejarah kepemudaan di Indonesia.
Sewaktu organisasi mahasiswa, pelajar
dan pemuda yang dulunya mempunyai hubungan baik dengan eks partai
Masyumi, seperti GPII (Gerakan pemuda Islam Indonesia), PII (Pelajar
Islam Indonesia), dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sedang mengalami
cobaan berat, terutama cobaan yang berasal dari fitnahan PKI dan
organ-organ sayapnya, bahkan akhirnya GPII dibubarkan. Atas inisiatif
GP. Ansor dan PMII menghimpun organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa
Islam, yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa solidaritas dikalangan
pemuda Islam, maka pada tanggal 19- 26 Desember 1964 bertempat di
Jakarta diselenggarakan musyawarah generasi muda Islam (GEMUIS) [1])
Musyawarah ini akhirnya memutuskan
dibentuknya organisasi federasi pemuda, pelajar dan mahasiswa Islam yang
kemudian dikenal dengan nama GEMUIS (generasi muda Islam). Salah satu
hasil dari musyawarah itu adalah pernyataan yang berkenaan dengan usaha
penyelamatan terhadap Nasib HMI yang sedang mengalami cobaan berat dari rongrongan dan fitnahan CGMI dan pemerintahan Orde Lama.
Pernyataan yang dikeluarkan sebagai hasil musyawarah Gemuis yang berkenaan dengan pembelaan terhadap HMI adalah :
- HMI bukan onderbow dan tidak pernah mempunyai hubungan organisatoris dengan partai/organisasi manapun.
- Masalah yang dihadapi HMI tidak dapat dipisahkan dari masalah keseluruhan Ummat Islam [2])
Peranan PMII dalam Gemuis cukup besar, ketika musyawarah pertama kali diadakan, Ketua I PP PMII sahabat Chalid Mawardi
bertindak sebagai sekjen panitia Munas tersebut, bahkan dalam struktur
kepengurusan Gemuis, PMII dipercaya menjadi sekjen persedium pusat.
3. Organisasi
mahasiswa ekstra Universitas di Indonesia juga berhimpun dalam wadah
yang dikenal dengan nama PPMI (Perhimpunan Pergerakan Mahasiswa
Indonesia).
PMII dengan surat
permohonan tanggal 14 Desember 1960 masuk menjadi anggota PPMI, yang
secara aklamasi diterima oleh persedium pusat PPMI. Namun pada tahun
1965 ketika PMII ditawari jabatan Sekjen persedium pusat PPMI, PMII
menolak tawaran itu, sebelum organisasi itu mengadakan kongres terlebih
dahulu. PMII menuntut adanya perubahan struktural dalam organisasi
tersebut. Karena PMII beranggapan PPMI terlalu didominir oleh
organisasi-organisasi mahasiswa yang sebenarnya tidak mempunyai basis
kekuatan massa dibawah, disamping PMII sangat menyesalkan sikap
persedium pusat PPMI yang bertindak mengeluarkan HMI dari organisasi
tersebut, tindakan berakibat fatal dikarenakan HMI mempunyai kekuatan
massa yang besar yang didukung oleh organisasi mahasiswa Islam yang lain
seperti PMII, SEMI (serikat mahasiswa Muslimin Indonesia) dan HIMMAH
(himpunan mahasiswa al-wasliyah), akhirnya ketika terjadi pemberontakan
PKI nasib PPMI ditinggalkan oleh anggota-anggotanya, hal ini dikarenakan
sebagian besar pengurus PPMI terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam peristiwa pemberontakan tersebut.
4. Sebagai
organisasi mahasiswa dan pemuda, PMII aktif dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan dan kepemudaan baik ditingkat Nasional maupun ditingkat
Internasional :
Pada tanggal 30 Maret sampai 6 April 1965, sahabat Chotibul Umam, atas nama utusan PMII, sahabat Mahbub Junaidi
(ketua Umum PP PMII) atas nama PWI (persatuan Wartwan Indonesia)
sahabat Chabibullah Asyhari atas nama Persatuan Wartawan Asia Afrika,
hadir dalam seminar Internasional masalah Palestina yang dilaksanakan di
Caero Mesir. Seminar ini diprakarsai oleh Organisasi mahasiswa
Palestina yaitu General of Palestine Student (GUPS) [3])
5. Sebagai tindak
lanjut dari konprensi Islam Asia-Afrika yang diselenggarakan pada
tanggal 6 – 12 Maret 1965 di Kota Bandung Jawa Barat, dibentuklah suatu
wadah yang menghimpun ummat Islam se Asia-Afrika dengan nama OIAA
(organisasi Islam Asia-Afrika). Badan dunia ini diketuai oleh KH. Ahmad
Syaichu. Dalam struktur OIAA ini ada departemen yang mengurus bidang
kemahasiswaan yaitu “Biro mahasiswa OIAA” . Dalam Biro ini PMII diwakili
oleh sahabat Abdurrahman Saleh dan sahabat Siddiq Muhtadi, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris [4]).
6. Dalam organisasi
ekstra universitas sedunia WAY (word asembly of youth) PMII diwakili
oleh sahabat Muslim Hasbullah, yang kemudian diganti oleh sahabat Umar
Basalim. Kegiatan yang diikuti oleh PMII dalam Forum WAY tersebut adalah
:
- Leadership Training di India yang di ikuti oleh sahabat Umar Basalim
- Seminar pemuda dan Family planning di Jakarta, di ikuti oleh sahabat Fahmi Ja’far dan sahabat Wahab Jailani (Ketua Koorcab PMII Jawa Tengah)
- Leadership Training di Pasar minggu Jakarta, yang di ikuti Oleh sahabat Joko Purwono (ketua LPKP PP PMII)
- Seminar Family Trainning di Amsterdam yang di ikuti oleh sahabat Zaini Abd, Syukur. Dll [5])
7. Untuk mengatasi
kekosongan yang diakibatkan oleh tidak aktifnya GEMUIS, serta
organisasi-organisasi pemuda Islam lainnya yang tidak pernah berumur
panjang, dikarenakan egoisme masing-masing organisasi mahasiswa Islam
sendiri, maka PMII mesponsori berdirinya “Persatuan Mahasiswa dan
Pelajar Indonesia” (PMPI). Organisasi ini dibentuk dengan tujuan antara
lain : sebagai wadah penyalur aspirasi dari gabungan potensi pemuda
pelajar dan mahasiswa Islam dengan menitikberatkan pada bidang agama dan
solidaritas ummat Islam. Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan antara
lain:
- Mengkoordinasi usaha-usaha yang merupakan tindak lanjut dari konfrensi ummat Islam Asia-Afrika.
- Bantuan terhadap pengungsi Palestina baik moral maupun material
- Demonstrasi terhadap kedatangan Kaisar Haile Selasie, Kepala negara Ethopia, yang saat itu sangat kejam dan menindas ummat Islam.
- Dan usaha-usaha membendung gerakan “Kristenisasi” terutama di daerah pedalaman luar jawa dan penggarapan bekas anggota PKI.
Dalam PMPI ini PMII
diwakili oleh sahabat Abduh Paddare yang sekaligus menjabat sebagai
ketua persedium pusat organisasi tersebut [6]).
8. Salah satu
organisasi kemahasiswaan yang bergerak dibidang kesehatan adalah “Word
University Service” (WUS) dalam organisasi ini PMII diwakili oleh
sahabat Fahmi Ja’far [7]).
9. Dalam rangka
memupuk ukhuwah Islamiyah terutama dikalangan generasi muda Islam, maka
pada tanggal 14 Januari 1968, generasi muda islam mengeluarkan surat
pernyataan yang ditanda tangani oleh :
- Siddiq Muhtadi = PP PMII
- Drs. Yunus Rahman = DPP SEMI
- Iskandar Sarumala = PB KMI
- Mar’I Muhammad = PB HMI
- Muhammad Jasman = DPP IMM
- Muchtar HN = PP HIMMAH
10. Dengan
keluarnya SUPERSEMAR maka sebagian dari tuntutan KAMI terkabulkan, kini
KAMI kembali seperti keadaan semula yakni mengkonsolidasi
organisasi-organisasi ekstra dan intra universitas, namun nampaknya rasa
persatuan dan kesatuan dalam tubuh KAMI semakin rapuh, hal ini
diakibatkan beberapa hal :
- Sebagaian besar aktivis KAMI sudah selesai masa studinya sehingga mereka tidak lagi bisa aktif lagi memimpin organisasi mahasiswa, sedang penggantinyatidak saling mengenal satu sama lain.
- KAMI sebagai geraka aksi tidak mampu menyuguhkan suatu progam yang berkesinambungan.
- Secara obyektif generasi muda mengalami kelelahan fisik dan mental dalam tahun-tahun 1965 – 1967 sering turun jalan berdemonstrasi. [8])
Usaha-usaha untuk
mempertahankan KAMI ini terus diupayakan, bahkan PMII sebagai organisasi
yang dipercaya memimpin KAMI (sebagai ketua persedium KAMI pusat) tetap
berusaha mempertahankannya, dengan pemikiran bahwa:
- Pada dasarnya KAMI harus tetap dipertahankan eksistensinya
- KAMI harus mampu mendorong terbentuknya organisasi nasional mahasiswa Indonesia yang multifungsi, yaitu :
a) Pengembangan
kreasi dibidang pengamalan ilmu dan sistem group-group voluntir akan
bisa lahir dari aktivitas yang demikian itu.
b) Sebagai moral fors yang faham akan ilmu politik dan tahu politik praktis.
Dengan dinamika yang dimiliki diharapkan mampu menemukan strategi dan
tujuan perjuangan nasional, militansi yang dimilikinyadiharapkan mampu
mendobrak kebatilan dalam segala bentuknya.
c) Pengembangan
upaya-upaya keamanan di berbagai bidang, baik fisik maupun spiritual,
terutama terhadap ancaman kembalinya PKI dan Orde Lama[9]).
Dalam usaha
mempertahankan KAMI ini pernah diadakan Rapat Kerja KAMI pusat yang
berlangsung pada tanggal 2 – 6 Juni 1967 di Ciawi Bogor, tetapi hasilnya
tidak seperti yang diharapkan, bahkan SOMA (serikat organisasi
mahasiswa lokal) Gabungan mahasiswa kedaerahan dan PMKRI serta dewan
mahasiswa ITB menyatakan keluar dari KAMI. Usaha mempertahankan KAMI
menemukan jalan buntu. Akhirnya berlanjut pada usaha pemerintah untuk
menghimpun wadah generasi muda yang kelak kemudian hari dikenal dengan
nama KNPI (komite nasional pemuda Indonesia).
Oleh: Fauzan Alfas
[1] Harian Suara Islam, Jakarta, tanggal 22 September 1965, – Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI, PT Bina Ilmu, Surabaya 1976, Halaman 61
[2] Drs. Chotibul Umam, Sewindu PMII, PC PMII Ciputat, Tahun 1967, Halaman 4
[3] Ibid, Halaman 5
[4] Laporan Pertanggung jawaban PP PMII pada kongres IV PMII di Makasar tanggal 25 – 30 April 1970, Halaman 15
[5] Ibid, Halaman 15
[6] Prisma No. 12 Desember 1970, Dialog Gerakan Orang Muda: Gelombang yang tak kunjung mencapai Patai, Halaman 25 – 47
[7] Ibid, Halaman 16
[8] Ibid, Halaman 49
[9] Surat edaran PP PMII No. 497/PP-IV/V/69, Jakarta, tertanggal 31 Mei 1969, Hal : Kongres Nasional Mahasiswa Indonesia
dari pmiipost
0 komentar:
Posting Komentar